AI mengungkap Visi Kota yang Berpusat pada Manusia--Freepik.com
Alih-alih hanya mengandalkan survei yang lambat dan terbatas, pendekatan berbasis AI ini memanfaatkan data media sosial yang sudah dibagikan orang secara sukarela, sehingga memberikan gambaran sentimen publik yang lebih luas dan lebih cepat.
“Misalnya, jika sebuah taman baru mendapat banyak unggahan positif, kita bisa mulai memahami alasannya,” kata Aman, yang memimpin Spatial Intelligence Lab yang baru didirikan di Mizzou.
“Mungkin karena ruang hijaunya, suasana tenangnya, atau rasa kebersamaannya. Sekarang kita bisa menghubungkan perasaan itu dengan apa yang orang lihat dan alami di tempat tersebut.”
Dari Wawasan ke Tindakan
BACA JUGA:Pertamina Belum Ganti Rugi Rumah dan Kebun Warga Pasca kebocoran Pipa di Desa Muara Sungai
BACA JUGA:Bandel, Perusahaan Angkutan Batubara Terancam Diberikan Sanksi
Selain taman, alat ini juga dapat membantu pejabat kota meningkatkan layanan, mengidentifikasi area yang membuat orang merasa tidak aman, merencanakan keadaan darurat, atau memantau kesejahteraan masyarakat setelah bencana.
Pemetaan emosional semacam ini membuka peluang baru bagi perencanaan kota.--Freepik.com
“AI tidak menggantikan masukan manusia,” kata Matisziw.
“Namun AI memberi kita cara lain untuk mengenali pola dan tren yang mungkin luput dari perhatian kita, dan hal itu bisa mengarah pada pengambilan keputusan yang lebih cerdas.”
Para peneliti meyakini, suatu saat informasi tentang suasana hati masyarakat bisa ditampilkan bersama data lalu lintas dan cuaca dalam alat digital yang digunakan para pemimpin untuk mengelola kota.
Merancang Kota yang Membuat Nyaman
“Kami membayangkan masa depan di mana data tentang bagaimana perasaan orang menjadi bagian inti dari dasbor kota,” kata Aman. “Ini membuka peluang untuk merancang kota yang tidak hanya berfungsi dengan baik, tetapi juga terasa nyaman bagi warganya.