Beberapa mendukung “interpretabilitas”—bidang baru yang bertujuan memahami cara kerja internal model AI, meskipun para ahli seperti Direktur CAIS Dan Hendrycks tetap skeptis terhadap efektivitasnya.
Dorongan dari pasar juga bisa menjadi tekanan tambahan.
Seperti yang disampaikan Mazeika, perilaku menipu AI “bisa menghambat adopsi jika terlalu sering terjadi, dan hal ini memberi insentif kuat bagi perusahaan untuk segera mengatasinya.”
Goldstein bahkan mengusulkan pendekatan yang lebih radikal, termasuk membawa perusahaan AI ke pengadilan jika sistem mereka menyebabkan kerugian.
BACA JUGA:Kanwil Kemenkum Sumsel Ikuti Webinar Nasional Bahas Peran Pancasila sebagai Penjaga Moral Bangsa
BACA JUGA:Kemenkum Sumsel Siap Hadapi Uji Petik Zona Integritas Menuju WBK/WBBM Tahun 2025
Ia bahkan menyarankan agar “agen AI diberi tanggung jawab hukum” atas kecelakaan atau kejahatan konsep yang akan secara fundamental mengubah cara kita memandang akuntabilitas AI.