BACA JUGA:Selama Libur Panjang, KAI Divre III Palembang Layani Lebih dari 14 Ribu Penumpang
BACA JUGA:Jelang Idul Adha, Harga Sembako di Pasar KM 12 Palembang Mulai Merangkak Naik
Linux desktop yang telah berkembang puluhan tahun pun masih kesulitan bersaing dengan kelengkapan aplikasi Windows dan macOS. Harmony OS PC pun diperkirakan akan menghadapi tantangan serupa di fase awal adopsi.
Tanpa dukungan ini, pengguna akan kesulitan beralih dari sistem operasi yang sudah mapan.
Namun, Huawei tetap yakin pada jalan yang mereka tempuh. "Kami ingin mengurangi ketergantungan terhadap teknologi Amerika dan menciptakan sistem yang benar-benar mandiri," ujar juru bicara Huawei dalam konferensi pers.
Langkah ini sejalan dengan ambisi Tiongkok untuk membangun kemandirian teknologi nasional di tengah tekanan geopolitik.
BACA JUGA:Selama Libur Panjang, KAI Divre III Palembang Layani Lebih dari 14 Ribu Penumpang
BACA JUGA:Pikap Double Cabin Chery Himla, Daya Angkut Lebih Unggul dari Kompetitornya
Huawei pun berusaha menunjukkan bahwa mereka tak hanya unggul di sisi hardware, tetapi juga software.
Pengamat teknologi dari Universitas Indonesia, Budi Santosa, menyebut keputusan Huawei sebagai langkah berani.
"Huawei tahu betul risikonya. Tapi mereka juga tahu bahwa dominasi OS global hanya bisa dilawan dengan membangun ekosistem sendiri," ujarnya.
Harmony OS PC juga menjadi strategi Huawei untuk mengoptimalkan performa perangkat keras buatan mereka sendiri seperti chip Kirin, CPU Kunpeng, dan motherboard buatan internal.
BACA JUGA:Jalan Rusak Ulu Ogan, Petani Kesulitan Angkut
BACA JUGA:Respons Konsumen terhadap Cherry Himla: Inovasi Baru yang Curi Perhatian Pasar
Dengan sistem operasi milik sendiri, mereka bisa mengintegrasikan software dan hardware secara optimal.
Sayangnya, Harmony OS PC saat ini hanya tersedia di laptop dan PC buatan Huawei.