Kritik Terhadap Game Barat: DEI vs. Kualitas di Tengah Kesuksesan Indie

Kamis 15-05-2025,15:01 WIB
Reporter : bagas bratadiwira
Editor : Hanida Syafrina

BACA JUGA:Kabar Duka dari Embarkasi Palembang, Satu JCH Meninggal Dunia

Sementara tim ribuan orang tidak menjamin kualitas.

Target Pasar Tersesat: Game dibuat untuk "memuaskan aktivis" alih-alih gamer.

Kritik Pemain Diabaikan: Alih-alih memperbaiki bug, studio sibuk menambahkan konten DEI.

Masa Depan Industri Ada di Tangan Indie. Kegagalan Short of Mnight dan kesuksesan Expedition 33 atau Pal World menjadi pelajaran berharga.

BACA JUGA:Kabar Duka dari Embarkasi Palembang, Satu JCH Meninggal Dunia

BACA JUGA:Kendaraan Hybrid di Amerika Serikat Meningkat

Passion > Agenda: Pemain lebih menghargai gameplay inovatif daripada pesan politik.

Tim Kecil, Hasil Besar: Studio indie dengan 30 orang bisa mengalahkan raksasa yang terjebak birokrasi.

DEI Bukan Solusi: Inklusivitas harus lahir alami dari cerita, bukan dipaksakan sebagai "checklist".

Industri game perlu kembali ke akarnya: membuat game untuk gamer, bukan untuk pemenuhan agenda. Seperti kata Chris Hunt (pembuat Kenshi):

"Game adalah seni bercerita. Jika pemain tidak merasakan passionmu, mereka akan meninggalkanmu."

Kategori :