Namun, Yannes menekankan bahwa keberhasilan merek-merek China di Indonesia tidak hanya ditentukan oleh harga yang kompetitif. Konsistensi dalam kualitas, kemampuan membangun citra
merek yang positif, dan respons terhadap kebutuhan pasar menjadi faktor penting untuk menjaga
momentum pertumbuhan mereka. Jika merek China mampu memenuhi harapan konsumen, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi pemain dominan dalam beberapa tahun ke depan.
BACA JUGA:Razer Iskur V2: Kenyamanan Tanpa Batas untuk Gamer dan Profesional
BACA JUGA:Resmi Rilis April? Ini Bocoran Lengkap iPhone SE 4 dan iPad 11
Meskipun prospek kendaraan listrik murah terlihat cerah, beberapa tantangan tetap ada. Infrastruktur
pengisian daya yang masih terbatas, persepsi konsumen terhadap merek China, serta isu terkait layanan purna jual menjadi hal yang perlu diatasi.
Selain itu, pemerintah memiliki peran penting dalam mendorong adopsi kendaraan listrik melalui
kebijakan insentif, pengembangan infrastruktur, dan edukasi publik mengenai manfaat kendaraan listrik.
Di sisi lain, peluang besar juga terbuka. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya
keberlanjutan lingkungan dan penghematan biaya operasional menjadi pendorong utama bagi adopsi kendaraan listrik.
Mobil listrik tidak hanya menawarkan efisiensi energi, tetapi juga potensi penghematan dalam jangka panjang, terutama dengan biaya bahan bakar yang terus meningkat.
Dalam beberapa tahun mendatang, peta persaingan otomotif di Indonesia diperkirakan akan berubah secara signifikan.
Jika merek-merek China berhasil mempertahankan momentum mereka dengan menawarkan produk berkualitas tinggi dan layanan yang andal, dominasi produsen Jepang dapat terancam.
Hal ini juga memaksa produsen Jepang dan Eropa untuk menyesuaikan strategi mereka, baik melalui peluncuran produk baru yang lebih terjangkau maupun kolaborasi dengan mitra lokal untuk mengurangi biaya produksi.
Produsen lokal juga berpeluang untuk masuk ke pasar kendaraan listrik melalui kemitraan strategis atau pengembangan teknologi yang inovatif.