Studi yang dilakukan terhadap penggunaan AR menunjukkan bahwa pengunjung merasa lebih terhubung dengan koleksi museum dan lebih tertarik untuk memahami sejarah yang disajikan.
Sebagai contoh, dalam sebuah pameran seni, pengunjung dapat menggunakan aplikasi AR untuk melihat proses pembuatan sebuah lukisan terkenal atau mendengar cerita dari seniman di balik karya tersebut.
Teknologi ini juga sering digunakan untuk menghidupkan kembali objek yang sudah rusak atau tidak utuh, sehingga memberikan gambaran lengkap kepada pengunjung.
BACA JUGA:Mengapa Mobil Prancis Kurang Diminati di Indonesia?
BACA JUGA:Road Trip Aman? Cek Mobilmu Sebelum Liburan Tahun Baru!
Tantangan dan Potensi Pengembangan
Meskipun teknologi AR menawarkan banyak keuntungan, implementasinya di museum tidak lepas dari tantangan. Beberapa di antaranya adalah:
Biaya Implementasi: Mengembangkan aplikasi AR yang berkualitas membutuhkan investasi yang tidak sedikit.
Ketersediaan Perangkat: Tidak semua pengunjung memiliki perangkat yang mendukung teknologi AR.
BACA JUGA:Review Mitsubishi Xpander Hybrid: Perubahan, Performa, dan Keunggulannya
BACA JUGA:BMW M235 Gran Coupe 2025: Mobil Mewah dengan Harga Tinggi, Tapi Apa Layak Dibeli?
Peningkatan Infrastruktur: Museum perlu memastikan bahwa jaringan internet atau Wi-Fi tersedia dan memadai untuk mendukung pengalaman AR.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya digitalisasi dalam industri pariwisata dan pendidikan, tantangan ini dapat diatasi secara bertahap.
Museum dapat bekerja sama dengan pihak swasta atau pemerintah untuk mendapatkan dukungan dana dan teknis.
Implementasi teknologi AR di museum merupakan langkah yang sangat potensial untuk meningkatkan daya tarik dan nilai edukasi museum.
BACA JUGA: Seru! Begini Aksi Ratusan Peserta SKB CPNS Saat Uji Wawancara