Di sisi lain, Australia memiliki hubungan perdagangan yang signifikan dengan China, terutama setelah perjanjian FTA yang telah ditandatangani hampir satu dekade lalu.
Jika Australia memilih untuk mengikuti langkah AS dan Eropa dengan menaikkan tarif kendaraan listrik China, hubungan perdagangan dengan salah satu mitra dagang terbesarnya tersebut bisa terancam.
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan peringatan yang sudah lama disampaikan oleh berbagai merek otomotif besar seperti Volkswagen.
Mereka memperingatkan bahwa tanpa regulasi yang ketat dan standar emisi yang sejalan dengan negara-negara maju, Australia akan selalu tertinggal dalam hal teknologi otomotif.
BACA JUGA:Duel Garuda, Ini Perbandingan Detail Spesifikasi MV3 Garuda Limousine dan Esemka Garuda
BACA JUGA:Fujitsu Rilis Laptop dengan Seberat 634 Gram, Super Ringan!
Australia masih belum memiliki kebijakan emisi kendaraan yang seketat negara-negara lain, yang pada akhirnya membatasi kemampuan negara ini untuk mendatangkan kendaraan dengan teknologi ramah lingkungan yang lebih maju.
Keputusan Australia terkait tarif impor mobil listrik dari China tidak hanya akan berdampak pada industri otomotif domestik, tetapi juga pada masa depan adopsi kendaraan listrik di negara ini. J
ika pemerintah tidak segera mengambil langkah strategis, Australia bisa menjadi "tempat sampah" bagi mobil-mobil listrik yang tidak diinginkan oleh negara-negara lain.
Di sisi lain, kebijakan tarif yang terlalu ketat juga bisa merugikan konsumen dan menurunkan aksesibilitas kendaraan listrik yang lebih terjangkau bagi masyarakat luas.