Meskipun demikian, kredit Israel masih mendapat peringkat yang cukup baik. Namun, para pejabat Israel mengecam keputusan lembaga pemeringkat tersebut.
BACA JUGA:Pastikan Lahan Clear and Clean, Pj Bupati Banyuasin M Farid Tinjau Lokasi Bakal Pabrik CCO
Perdana Menteri Netanyahu tetap optimis, menekankan bahwa perekonomian negara akan pulih setelah perang berakhir.
Menurutnya, sektor teknologi yang menjadi andalan Israel masih berjalan cukup baik, meskipun sektor-sektor lain, seperti pariwisata, konstruksi, dan pertanian, mengalami stagnasi.
Bendelac, seorang profesor emeritus di Universitas Ibrani Yerusalem, menjelaskan bahwa pariwisata, konstruksi, dan pertanian—sektor-sektor ekonomi penting—saat ini berada di ambang kehancuran.
Khususnya, pariwisata mengalami penurunan drastis sejak serangan 7 Oktober, dengan banyak wisatawan dan peziarah religius yang membatalkan kunjungan mereka ke Israel.
BACA JUGA:Pelajar SMK Berboncengan 3 Ditabrak Mobil di Jembatan Musi 6 Palembang
BACA JUGA:113 Sarjana Lulusan Universitas IBA Siap Bersiang di Dunia Kerja
Data dari Kementerian Pariwisata menunjukkan bahwa hanya 500.000 wisatawan yang berkunjung ke Israel antara Januari hingga Juli, jauh lebih sedikit dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Di sektor konstruksi, banyak proyek besar, seperti gedung pencakar langit dan proyek transportasi di Tel Aviv, terhenti.
Israel juga menghentikan pemberian izin kerja kepada warga Palestina setelah serangan 7 Oktober, yang berimbas pada krisis tenaga kerja.
Sebelum perang, sekitar 100.000 izin kerja diberikan kepada warga Palestina, yang sebagian besar bekerja di sektor konstruksi, pertanian, dan industri.
BACA JUGA:HUT Ke-16, Hotel Aryaduta Lakukan Gerakan Bersih-bersih Lingkungan
BACA JUGA:KPU Muara Enim Gelar Deklarasi Kampanye Damai Bersama 4 Paslon
Namun, kebijakan baru ini telah menciptakan kekosongan tenaga kerja yang signifikan, dengan hanya 8.000 pekerja Palestina yang diizinkan masuk untuk pekerjaan yang dianggap vital.