Petronas, sebagai contoh, tidak hanya dikenal di tingkat domestik, tetapi juga di arena internasional melalui sponsor tim Formula 1.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka mampu memproduksi bahan bakar yang berkualitas tinggi dan berstandar internasional.
Keberanian pemerintah Malaysia untuk menerapkan sistem keterbukaan dalam penetapan harga bahan bakar juga menjadi faktor penentu.
Masyarakat Malaysia diberi pemahaman yang jelas mengenai perubahan harga, yang menciptakan kepercayaan dan transparansi.
BACA JUGA: KPU Palembang Tetapkan DPT Pilkada 1,2 Juta
BACA JUGA: Holiday Angkasa Wisata Berangkatkan 433 Jemaah Umroh dengan Charter Pesawat 1446 H
Mengapa Masih Banyak yang Menggunakan BBM Subsidi?
Pertanyaan mendasar yang muncul adalah, mengapa masyarakat masih memilih menggunakan BBM subsidi meskipun banyak kritik terhadap kualitasnya?.
Jawabannya terletak pada kondisi ekonomi masyarakat yang mayoritas masih bergantung pada bahan bakar terjangkau. Masyarakat kelas menengah ke bawah masih banyak yang membutuhkan bahan bakar murah untuk kelangsungan aktivitas sehari-hari.
Jika pendapatan masyarakat meningkat, maka tidak menutup kemungkinan kualitas bahan bakar juga akan meningkat. Ini adalah siklus yang saling berhubungan, di mana kebijakan, ekonomi, dan teknologi saling memengaruhi satu sama lain.
BACA JUGA: Blusukan ke Pasar, Fitri Serap Keluhan Pedagang Kebun Bunga Palembang
BACA JUGA:Membangun Bisnis dari Nol, Menjadikan Passion Sebagai Bisnis yang Sukses
Perdebatan mengenai kualitas bahan bakar di Indonesia bukanlah hal baru.
Namun, penting untuk memahami bahwa isu ini melibatkan banyak faktor, termasuk kebijakan pemerintah, teknologi kilang, dan kondisi ekonomi masyarakat.
Untuk mencapai kualitas bahan bakar yang lebih baik, perlu adanya kolaborasi antara semua pihak, termasuk pemerintah, produsen, dan konsumen.
Akhirnya, jika kita ingin melihat perubahan signifikan dalam kualitas bahan bakar di Indonesia, kesadaran dan keterbukaan menjadi kunci.