Hujan Meteor Perseid 2024, Puncaknya Akhir Pekan Ini

Senin 12-08-2024,19:13 WIB
Reporter : adie
Editor : Hanida Syafrina

Hujan meteor Perseid biasanya berlangsung cepat dan terang, meninggalkan jejak cahaya dan warna saat bergerak melintasi langit malam.

Hujan meteor Perseid juga merupakan salah satu hujan meteor yang paling produktif, dengan hampir 100 meteor per jam.

BACA JUGA:Peresmian Poltekpin, Kemenkumham Sumsel Saksi Sejarah Baru Pendidikan Vokasi Ilmu Pemasyarakatan dan Imigrasi

BACA JUGA:Ujian Hidup dari Allah SWT Hakikatnya untuk Meningkatkan Derajat Manusia

Hujan meteor Perseid merupakan pengalaman pengamatan yang paling menyenangkan bagi para pengamat langit, karena hujan meteor ini muncul pada malam-malam musim panas saat cuaca hangat.

Hujan meteor Perseid juga dikenal luas karena bola api atau ledakan warna dan cahayanya yang luar biasa.

Bola api dihasilkan dari partikel besar materi komet dan karena itu bertahan lebih lama dari hujan meteor biasa. Bola api ini lebih terang dan lebih jelas terlihat.

Bagi yang belum tahu, meteor adalah bagian dari puing-puing komet atau pecahan asteroid. Komet meninggalkan jejak berdebu saat mendekati matahari.

BACA JUGA:Inilah Sistem Pertahanan Canggih Israel Dalam Menghadapi Ancaman Iran

BACA JUGA:Jangan Anggap Remeh! Ini Pentingnya Perawatan Rutin Motor


Puncaknya hujan meteor Perseid terjadi setiap tahun pada pertengahan Agustus dan dianggap sebagai salah satu hujan meteor terbaik.--instagram.com/@manusianlangit

Setiap tahun, Bumi bergerak melewati jejak-jejak ini, beberapa di antaranya melewati atmosfer. Ketika melewati atmosfer, komet-komet tersebut terbakar dan menghasilkan garis-garis warna-warni di langit.

Tabrakan dengan atmosfer yang menyebabkan lahirnya hujan meteor Perseid berasal dari Komet 109/Swift-Tuttle, yang menurut NASA membutuhkan waktu 133 tahun untuk menyelesaikan satu kali orbit mengelilingi Matahari.

Almarhum astronom Italia, Giovanni Schiaparelli, berjasa dalam menemukan hubungan antara komet dan hujan meteor. Komet Swift-Tuttle terakhir kali mengunjungi tata surya bagian dalam pada tahun 1992.

Komet ini ditemukan oleh astronom Lewis Swift dan Horace Tuttle pada tahun 1862 dan memiliki inti berukuran 26 km.

BACA JUGA:Aturan Restrukturisasi KUR Akan Segera Terbit, Pemerintah Indonesia Persiapkan Langkah Baru

Kategori :