Dia menekankan bahwa evakuasi pada hari Kamis hanyalah "setetes air di lautan" dan rute melalui Kerem Shalom ke Mesir bukanlah alternatif yang memadai dibandingkan penyeberangan Rafah.
Zaqout juga menambahkan sebanyak 21 anak Palestina awalnya dijadwalkan berangkat pada hari Kamis, tetapi satu anak terlambat tiba di rumah sakit dan belum jelas apa yang menghalangi anak lainnya untuk ikut serta dalam evakuasi.
Adi Lustigman, seorang pengacara di Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel, mengatakan bahwa sebelum 7 Mei, sekitar 50 pasien Palestina setiap hari menyeberang ke Mesir untuk perawatan medis di luar negeri.
Direktur regional WHO untuk Mediterania Timur, Hanan Balkhy, dalam sebuah postingan di media sosial, menyambut baik evakuasi anak-anak tersebut. Namun, ia mencatat 13.872 warga Palestina yang mengajukan permohonan evakuasi medis sejak 7 Oktober, hanya 35% yang berhasil dievakuasi."
BACA JUGA:OnePlus Pad Pro Resmi Dirilis: Tablet Android Rp 6 Jutaan dengan Snapdragon 8 Gen 3
Balkhy menekankan bahwa koridor evakuasi medis harus segera dibangun agar pasien yang sakit kritis dapat keluar dari Gaza secara berkelanjutan, terorganisir, aman, dan tepat waktu melalui semua rute yang memungkinkan.
Serangan Israel terhadap Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, telah menewaskan lebih dari 37.700 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dengan 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Konflik ini dimulai dengan serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.139 orang dan menyandera 250 orang lainnya.
Perintah ini berlaku untuk Shijaiyah dan lingkungan lain yang melaporkan pemboman besar-besaran pada hari Kamis. Responden pertama Pertahanan Sipil Gaza mengatakan serangan udara menghantam lima rumah, menewaskan setidaknya tiga orang dan melukai enam lainnya. Tim penyelamat terus menggali runtuhan untuk mencari korban yang selamat.
BACA JUGA:Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Siap Mainkan Laga Big Match Reuni Pemain Legend Sriwijaya FC
Kritik internasional meningkat atas serangan Israel di Gaza karena warga Palestina menghadapi kelaparan parah dan meluas. Perang yang telah berlangsung selama delapan bulan ini memutus aliran makanan, obat-obatan, dan barang-barang kebutuhan pokok ke Gaza, membuat masyarakat sangat bergantung pada bantuan.*