PALEMBANG, PALTV.CO.ID – Sering terdengar mitos larangan menikah antara orang Jawa dan orang Sunda. Larangan ini dipercayai jika terjadinya pernikahan antar suku tersebut dapat menjadi pernikahan yang tidak langgeng dan penuh perkara.
Mitos ini diwariskan secara turun menurun. Baik peringatan secara langsung dari orang tua, maupun mitos yang sudah terlanjur beredar di masyarakat. Meskipun hanya mitos, namun ada saja orang sepuh yang memaksakan mitos ini sebagai satu kebenaran. Terlebih jika ada bukti kehancuran sebuah rumah tangga.
Kepercayaan ini berawal dari saat perang terjadi antara Majapahit dari tanah Jawa dan Kerajaan padjadjaran dari tanah Sunda. Dikatakan orang Sunda tidak boleh menikah dengan orang Jawa akan membawa sisa permusuhan antara suku Sunda dan Jawa. Hal ini lah yang mendasari mitos larangan menikah orang Sunda dan orang Jawa.
Berawal dari putri Dyah Pitaloka, ia merupakan putri Kerajaan Sunda, kemudian putri Dyah Pitaloka dijodohkan dengan Hayam Wuruk yang ingin menjadikan Dyah Pitaloka sebagai permaisuri. Menurut sejarah putri Dyah Pitaloka sebagai gadis yang mempunyai kecantikan luar biasa.
BACA JUGA:Detik - Detik Jet Tempur F-18 Buatan Amerika Meledak
BACA JUGA:Selain Untuk Bikin Pempek, Ternyata Ini Manfaat Ikan Gabus
Sementara itu, dugaan lain alasannya adalah didasari oleh politik, maka ia ingin menjadikan Dyah Pitaloka sebagai istrinya. Karena Dyah Pitaloka merupakan anak perempuan dari Raja Sunda yaitu Prabu Maharaja Lingga Buana dari Kerajaan Sunda.
Kemudian Patih Madhu berperan sebagai makcomblang dari Majapahit yang datang ke kerajaan Sunda. Untuk menjodohkan dan melamar Putri dari Prabu Maharaja Lingga. Hingga menjadi satu pernikahan kerajan.
Pernikahan ini pun menjadi peluang untuk menjalin persekutuan dengan kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan besar dan jaya pada masanya. Sebagai seorang ayah, Raja Sunda tentu saja bahagia. Dengan suka cita memberikan restu dan ikut pergi mengantarkan putrinya Dyah Pitaloka untuk menikah dengan Hayam Wuruk.
Kerajaan Sunda sangat begitu menantikan jemputan dari kerajaan Majapahit serta upacara kerajaan layaknya seperti pernikahan agung kerajaan.
BACA JUGA:Wah Ternyata Ini Isi Kotak Hidran!
BACA JUGA:Tradisi ‘Naikkan Mubungan’ yang Masih Lestari di Kabupaten Lahat
Namun, Gajah Mada yang merupakan Mahapatih Majapahit malah memandang hal ini adalah kesempatan untuk menaklukan kerajaan Sunda dibawa kekuasaan Majapahit.
Hingga Gajah Mada bersikeras jika Sang Putri tidak akan menjadi Ratu Majapahit, tetapi hanya akan menjadi selir yang dipersembahkan kepada Raja Majapahit. Sebagai tanda takluk kerajaan Sunda yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Karena hal ini, Raja Sunda begitu murka dan merasa sangat dipermalukan oleh keinginan Gajah Mada tersebut. Menurut kisah-kisah lama mengatakan jika dalam keadaan yang sakit hati, putri Dyah Pitaloka melakukan bunuh diri untuk mempertahanka kehormatan dan harga diri kerajaannya.