Dr Sri Sulastri SH MH, akademisi Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), Sabtu (10/2/2024).-Luthfi-PALTV
Selain itu, kurangnya pengawasan dari orang tua merupakan salah satu faktor utama. Menurutnya, orang tua harus melakukan pengawasan terhadap anaknya setiap saat, mengingat kepribadian anak awal dibentuk dari keluarga.
"Kurangnya pengawasan dari orang tua dalam mendidik anaknya juga menjadi faktor penting, Karena kalau tidak dibekali pengetahuan yang baik dari keluarga, maka sang anak juga juga akan lepas kendali," ungkap Dr Sri Sulastri.
Sementara itu, pihak berwajib seperti Kepolisian juga menjadi tombak utama dalam menjalankan tugasnya menjaga ketertiban di masyarakat.
Kepolisian dapat melakukan upaya preventif dengan melakukan pencegahan sebelum terjadinya aksi tawuran.
"Dalam kepolisian itu ada dua tahapan, yakni preemtif dan preventif. Preventif itu memang mencegah, namun yang harus diketahui yaitu tempat yang paling sering terjadi kejahatan lalu kapan saat mereka akan melakukan kejahatan," kata Dr Sri Sulastri.
Jika tindak pencegahan (preventif) tidak berjalan, dilakukanlah upaya represif ketika tawuran tersebut sudah terjadi.
Nanum, Dr Sri Sulastri berpesan agar tidak terjadi tawuran, pihak Kepolisian dapat langsung melakukan tindakan represif.
"Jadi, jangan pihak Polisi melakukan pengamanan setelah mereka berkelahi dan memakan korban. Karena biasanya tawuran itu memakan korban, itu tindakan represif," tegasnya.
BACA JUGA:Kapolres Banyuasin Angkat Bicara Terkait Tewasnya ‘Cinderella’ di Hajatan Orgen Tunggal
Dr Sri Sulastri mengimbau agar dilakukan sosialisasi dan pembinaan di sekolah-sekolah supaya pelajar mengetahui dampak penggunaan media sosial yang positif sehingga menghindari aksi tawuran antar remaja.
"Kalau memang masih anak-anak sekolah alangkah baiknya dilakukan sosialisasi di sekolah-sekolah, tentang dampak penggunaan media sosial bagi kemajuan pribadi dia. Jangan hanya dimanfaatkan untuk kumpul-kumpul, ujung-ujungya melakukan tawuran," pungkas Dr Sri Sulastri.*