PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Sejak dimulainya konflik antara Israel dan Hamas di Gaza pada 7 Oktober 2023, sedikitnya 100 jurnalis telah menjadi korban tewas dalam tugas meliput peristiwa tersebut.
Informasi ini dirilis oleh kantor media pemerintah di Gaza, yang juga menyebutkan bahwa Muhammed Abu Hweidy menjadi jurnalis terakhir yang tewas dalam serangan udara Israel di wilayah Shujaiya pada 23 Desember 2023.
Menurut kantor tersebut, jumlah sebenarnya mungkin lebih tinggi, dan pihak berwenang Palestina di Gaza menyatakan dugaan bahwa jumlah wartawan yang tewas bisa jauh lebih tinggi dari yang tercatat.
Komite Perlindungan Jurnalis mencatat setidaknya 69 jurnalis tewas selama konflik tersebut, termasuk Samer Abudaqa, juru kamera Al Jazeera Arab.
BACA JUGA:Sejarah Berdirinya GPIB Immanuel, Salah Satu Gereja Tua di Kota Palembang
Konflik ini juga menyebabkan hancurnya lebih dari 50 gedung atau kantor media di Gaza, memaksa ratusan jurnalis Palestina dan keluarga mereka untuk mengungsi ke selatan.
Mereka terpaksa meninggalkan peralatan kerja di kantor-kantor mereka di wilayah utara, menambah kesulitan dalam melanjutkan tugas jurnalistik di tengah kondisi lapangan yang sulit dan sering terputusnya komunikasi.
Perlindungan bagi pekerja media yang bekerja di zona konflik didasarkan pada undang-undang kemanusiaan internasional, namun, sayangnya, pelanggaran berulang oleh Israel telah menyebabkan berbagai korban di kalangan jurnalis.
Tragedi Tewasnya Ratusan Jurnalis Selama Meliput Konflik Israel-Hamas--instagram.com/@aljazeeraenglish
Ada tudingan bahwa Israel dengan sengaja menargetkan jurnalis untuk membungkam pemberitaan.
BACA JUGA:Menyesal Telah Bercerai Lalu Ingin Rujuk, Begini Tata Caranya Menurut Islam
Tim Dawson, wakil sekretaris jenderal di Federasi Jurnalis Internasional, menggambarkan keadaan tersebut sebagai sesuatu yang "mustahil untuk diabaikan" dan menyebutkan bahwa jumlah jurnalis yang tewas sangat tinggi, mengingat sekitar 1.000 jurnalis berada di Gaza pada awal konflik.
Meskipun berada dalam situasi berbahaya, para jurnalis terus menjalankan tugas mereka hanya dengan membawa kamera, mikrofon, dan buku catatan.
Dawson juga mengungkap bahwa beberapa jurnalis Palestina melaporkan menerima ancaman melalui telepon, yang diklaim berasal dari individu terkait militer Israel.
Ancaman tersebut menyinggung kemungkinan menjadi sasaran rudal Israel. Tragedi ini memberikan gambaran pahit akan risiko dan tantangan yang dihadapi oleh para jurnalis yang berusaha memberikan liputan selama konflik berkecamuk.