Bagian Perang! Jurnalis Gaza Taruhkan Nyawa Demi Membuka Mata Dunia

Kamis 21-12-2023,06:29 WIB
Reporter : johanes
Editor : Hanida Syafrina

BACA JUGA:Warga Dusun Bagan Muba Terkejut! Satu Keluarga Ditemukan Tewas Tanpa Seorang Pun Mengetahuinya

Beberapa jurnalis Palestina terkemuka bahkan terpaksa mundur dari pekerjaan mereka. Plestia Alaqad, jurnalis lepas berusia 22 tahun, meninggalkan Gaza karena kekhawatiran bahwa pemberitaannya dapat membahayakan keluarganya.

Dia menegaskan bahwa tidak lagi akan mengenakan rompi dan helm pers karena tidak lagi memberikan rasa aman.


Bagian Perang! Jurnalis Gaza Taruhkan Nyawa Demi Membuka Mata Dunia--free pik.com

Keputusan majalah GQ Timur Tengah memberikan gelar Man of the Year kepada Motaz Azaiza dan penghargaan lainnya kepada jurnalis Gaza menunjukkan pengakuan internasional terhadap keberanian mereka.

Namun, risiko yang dihadapi jurnalis di Gaza semakin meningkat, dan perlindungan mereka terus menjadi perhatian utama.

BACA JUGA:BREAKING NEWS! Satu Keluarga Ditemukan Tewas di Dusun Bagan Musi Banyuasin

Jurnalis di Gaza berada di garis depan, memberikan informasi langsung dan tanpa filter.

Namun, tanpa upaya yang lebih besar untuk memungkinkan akses media internasional dan melindungi jurnalis yang berada di sana, mereka dapat terus mengalami beban pemberitaan hingga mereka tidak lagi mampu melakukannya.

Ketidakpastian nasib jurnalis Palestina di Gaza, yang secara terus-menerus menghadapi ancaman dan kesulitan, menjadi cermin dari realitas kehidupan di daerah yang terus-menerus dilanda konflik ini.

Para jurnalis Palestina, seperti Bisan Owda, seorang pembuat film berusia 25 tahun, telah menghabiskan waktu mereka untuk mencatat perang melalui video diary sejak 7 Oktober.

BACA JUGA:Tanpa Disadari dan Sering Terjadi, Ini Bahaya Perbuatan Mubazir dalam Pandangan Islam

Dalam gaya selfie dan berbicara dalam bahasa Inggris, Owda berbagi pandangan tentang realitas kehidupan di bawah pengeboman Israel. Dia memandu pemirsa melalui rutinitas malamnya, termasuk persiapan untuk menghadapi serangan udara dan kehidupan sehari-hari di bawah ancaman konflik bersenjata.

Bisan, seperti jurnalis lainnya, juga menyoroti ketangguhan warga Palestina. Meski mengungsi di tempat penampungan, mereka masih berusaha mempertahankan normalitas dengan memasak falafel di atas api kayu.

Video-video semacam ini memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang bagaimana kehidupan sehari-hari di Gaza terpengaruh oleh konflik.

Namun, pertanyaan yang mendasar adalah seberapa lama jurnalis-jurnalis ini dapat terus menjalani pekerjaan mereka dalam situasi yang semakin sulit dan berbahaya. Beberapa di antara mereka telah memutuskan untuk mundur, mengakui bahwa risiko yang dihadapi telah melampaui batas keselamatan.

Kategori :