Satu shaf dengan yang lain harus ditempatkan sedekat mungkin tanpa menyebabkan ketidaknyamanan atau kesulitan bagi jamaah.
Idealnya, jarak ini harus cukup untuk memungkinkan seseorang untuk sujud dengan mudah dan thumakninah.
Mengapa tidak boleh terlalu melekat? Karena ini dapat mengganggu jamaah di sekitarnya.
Terlalu merapatkan shaf hingga menyebabkan kaki dan kaki jamaah lainnya menjadi sangat dekat dapat menciptakan gangguan selama shalat.
BACA JUGA:Judi Online Merajalela, Ustadz Adi Hidayat Angkat Bicara
Ketika seseorang bergerak dari sujud ke berdiri, ia mungkin akan merasa terganggu dan harus berusaha keras untuk mengisi celah yang ada.
Hal ini bisa meningkatkan ketegangan dan memengaruhi khusyuk selama shalat.
Dalam konteks ini, kita perlu memahami bahwa ketika Anas merujuk kepada mata kaki dan kaki yang melekat, maksudnya adalah agar shaf benar-benar lurus dan tidak ada celah yang terlalu besar di antara jamaah.
Ini mengindikasikan perlunya shaf yang terorganisir dengan baik, tanpa harus terlalu kaku atau melekat.
BACA JUGA:Konflik Israel Palestina terjadi lagi ! Ustadz Adi Hidayat Angkat Bicara, Sarankan Do’a Ini
Ketika kita mencoba menjaga keteraturan dan kekompakan shaf, kita sebenarnya juga membantu menciptakan rasa persatuan dalam ibadah.
Shalat berjamaah adalah momen di mana kaum Muslim berkumpul untuk bersama-sama memuji Allah, dan penyusunan shaf yang baik menciptakan suasana yang penuh khusyuk dan harmoni.
Syaikh 'Abdullah Al-Fauzan dalam Minhah Al-'Allam menyatakan bahwa melekatkan kaki dan kaki, atau bahkan pundak dan mata kaki satu sama lain, bukanlah tujuan dari hadits ini.
Tujuan utamanya adalah untuk menjaga shaf tetap lurus dan mencegah terlalu besar celah antara shaf-shaf, sehingga antara shaf depan dan shaf belakang tetap dekat.
BACA JUGA:Alami Gangguan Kecemasan Berlebihan / Anxiety ? Ustadz Adi Hidayat Punya Tips Ini Sebagai Obat
Hal ini menciptakan perasaan kesatuan dalam shalat berjamaah, tanpa meningkatkan beban yang tidak perlu.