Ternyata Ini Alasan Nama Jembatan Bung Karno Diubah Menjadi Jembatan Ampera. Anda Harus Tahu!

Ternyata Ini Alasan Nama Jembatan Bung Karno Diubah Menjadi Jembatan Ampera. Anda Harus Tahu!

Jembatan Ampera tempo dulu--Foto: Flickr/Ferdian Musliansyah

PALEMBANG, PALTV.CO.ID – Mungkin sebagian pembaca belum mengetahui kalau Jembatan Ampera di Palembang, Sumatera Selatan dulunya bernama Jembatan Bung Karno

Namun karena alasan tertentu, nama jembatan yang menjadi icon kota Palembang ini akhirnya diubah menjadi Jembatan Ampera dan tetap dipertahankan sampai saat ini.

Anda penasaran? Baca Artikel ini sampai selesai ya biar tidak gagal paham. Oh ya sebagai info, saat ini tengah dilakukan pengerjaan pemasangan lift di menara Jembatan Ampera.

Tujuannya, agar pengunjung bisa melihat keindahan kota Palembang dari atas menara Jembatan Ampera setinggi 50 meter. 

Jembatan Ampera memang sangat identik dengan kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Jembatan ini bisa dikatakan menjadi salah satu ikon kota Palembang, seperti halnya Sungai Musi yang dilintasi.

BACA JUGA:Meski Plafon Ruangan Belum Direnovasi, Jum’at Curhat Kapolres Ogan Ilir Bersama Warga Pemulutan Tetap Jalan

BACA JUGA:Hanya 10 Persen Generasi Muda di Indonesia yang Menjadi Petani, Bagaimana Nasib Indonesia 20 Tahun Lagi?

Jembatan ini juga memiliki fungsi yang sangat vital dalam transportasi di Pulau Sumatera. Selain sebagai penghubung antara dua wilayah kota Palembang yang dipisahkan oleh aliran Sungai Musi, jembatan ini berfungsi pula sebagai jalur transportasi darat yang menghubungkan  beberapa kota di Indonesia.

Demikian vital nya fungsi jembatan ini kini, hingga menggugah minat penulis untuk menelaah latar belakang sejarah pembangunannya. Dan ternyata, fakta sejarah menunjukkan bahwasanya andil Bung Karno dalam pembangunan jembatan ini sangatlah besar. Berikut Alasan mengapa nama Jembatan  Bung Karno menjadi Jembatan Ampera yang dilansir dari berdikarionline.com:

Jembatan Bung Karno

Dalam artikel berjudul “Kisah Jembatan Bung Karno” yang ditulis oleh seorang peminat sejarah sekaligus pengusaha, Anton D.H. Nugrahanto, terkuak fakta bahwasanya pemikiran untuk membangun sebuah jembatan diatas aliran Sungai Musi telah ada sejak masa kolonial Belanda.

Di tahun 1906, muncul gagasan untuk menyatukan seberang Ulu dan seberang Ilir kota Palembang yang dipisahkan oleh aliran Musi dengan membangun sebuah jembatan.

Ide ini kembali mencuat pada tahun 1924, ketika kota Palembang dipimpin oleh seorang Residen bernama Le Cocq de Ville. Sang residen pun berangkat ke Batavia guna meminta bantuan Gubernur Jenderal Dirk Fock demi merrealisasikan ide tersebut.

De Ville menunjukkan rancangan jembatan yang dibuat oleh seorang arsitek sekaligus temannya kepada Fock. Sang Gubernur Jenderal pun sepakat dengan rancangan itu. Lalu, empat tahun kemudian, tersiar kabar bahwa jembatan tersebut akan dibangun, meskipun Fock sudah tak lagi menjabat Gubernur Jenderal. Namun rencana itu batal karena Hindia Belanda turut terkena dampak  resesi dunia atau krisis Malaise di tahun 1929. Ketika itu, pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk menghentikan sementara seluruh proyek raksasa, termasuk jembatan Sungai Musi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber